Monday, December 28, 2015

Berdasarkan Kondisi Mikroflora Ususnya, Anak - Anak di Jepang Dinyatakan Sehat

 kategori: kesehatan, mikrobiologi, seputar Jepun

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jiro Nakayama (Associate Professor di Program Studi Pertanian Pascasarjana Universitas Kyushu) dan Dr. Koichi Watanabe (Pusat Penelitian Mikrobiologi Yakult) mengungkapkan bahwa berdasarkan komposisi mikroflora ususnya, usus anak - anak di Jepang memiliki lebih banyak bakteri Bifidus sedangkan 'bakteri jahat' seperti Escherichia coli dan sebagainya memiliki komposisi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan anak - anak seusia mereka di negara Asia lainnya. Program penelitian ini merupakan salah satu bagian dari 'Proyek Analisis Mikroflora Usus Pada Anak' yang dilakukan di 5 negara di Asia (Jepang, RRC / Tiongkok, Taiwan, Thailand, dan Indonesia). Proyek ini dipimpin oleh Dr. Lee Yuan Kun, Associate Professor di Universitas Nasional Singapura (NUS). Berdasarkan hasil analisis terhadap komposisi mikroflora usus yang dianggap dapat mempengaruhi kesehatan seseorang tersebut, anak - anak di Jepang dapat dikatakan memiliki kondisi mikroflora usus yang sehat. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah online 'Scientific Reports' edisi bahasa Inggris tertanggal 23 Februari 2015.

Di dalam usus manusia, terdapat ratusan jenis (spesies) mikroorganisme dengan jumlah total sekitar 100 trilyun (100,000,000,000,000) sel yang yang mendiami usus kita. Mikroorganisme penghuni usus ini akan membentuk suatu komunitas ekosistem yang disebut dengan mikrobioma (microbiome). Komposisi dan kondisi mikroflora usus seseorang akan berbeda dengan orang lain. Adapun faktor yang mempengaruhi kondisi dan komposisi mikroflora usus seseorang adalah: kebiasaan makan sehari - hari, obat - obatan yang dikonsumsi, kondisi kesehatan, keadaan lingkungan sekitar, dan banyak faktor lainnya. Asia merupakan wilayah yang dihuni oleh penduduk dari beragam ras dengan pola makan yang bervariasi pula, sehingga komposisi mikroflora usus seperti apa yang dimiliki oleh orang Asia di negara tertentu, menjadi topik yang sangat menarik jika dilihat dari sudut pandang ilmu kedokteran maupun ilmu kesehatan. Dengan alasan ini, para ilmuwan dan peneliti dari 5 negara memutuskan untuk turut ambil bagian dalam proyek penelitian ini. Artikel ini merupakan laporan hasil penelitian tahap I dari proyek tersebut.


tabel hasil analisis sampel feses

Dalam penelitian ini, siswa - siswi SD yang dalam kesehariannya relatif tidak terlalu terpengaruh oleh kebudayaan asing dipilih sebagai 'obyek penelitian' (penulis: tujuannya agar data hasil penelitian pada anak - anak di suatu negara dapat dibandingkan dengan data yang diperoleh di negara lain). 2 lokasi (kota) dipilih dari setiap negara [yang menjadi lokasi penelitian], dan dari setiap kota setidaknya 25 murid SD berusia 7 ~ 11 tahun (total 303 murid dari 10 lokasi) dipilih secara acak untuk diperiksa / dianalisa fesesnya agar komposisi mikroflora ususnya dapat diketahui, sedangkan pola makannya juga dianalisis berdasarkan angket dari setiap murid. Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi mikroflora usus pada anak - anak di Asia dapat dibagi menjadi 2 tipe (golongan) utama. Tipe pertama adalah mikroflora usus yang didominasi oleh bakteri Bifidus dan bakteri golongan Bacteroides yang lazim dijumpai pada usus anak di Jepang, Tiongkok, dan Taiwan. Tipe pertama ini disebut tipe BB (penulis: Bacteroides adalah golongan bakteri yang berguna bagi tubuh jika berada di dalam usus, tetapi dapat menyebabkan berbagai penyakit dengan resiko kematian 20% jika sampai masuk ke aliran darah atau menginfeksi suatu organ tubuh). Sedangkan tipe kedua disebut tipe P, yang merujuk pada bakteri golongan Prevotella yang mendominasi usus anak - anak di Indonesia dan Thailand (penulis: Prevotella adalah golongan bakteri opportunistic pathogen pada manusia yang seringkali ditemui pada mereka yang pola makannya disominasi oleh karbohidrat dan karbohidrat kompleks ; bakteri ini lazim terdapat di dalam usus hewan memamah biak dan keberadaan bakteri ini pada usus manusia dianggap dapat mempengaruhi sekresi asam lambung).

Bakteri genus Prevotella memiliki enzim yang kuat yang mampu 'memecah' serat makanan, dan karena penduduk di Asia Tenggara memiliki kebiasaan makan makanan yang mengandung serat dan pati yang sulit dicerna, hal ini sepertinya menjadi penyebab mengapa usus anak - anak di Asia Tenggara didominasi oleh bakteri tipe P. Sedangkan anak - anak di Jepang memiliki komposisi mikroflora usus yang unik jika dibandingkan dengan anak - anak di negara lain, di mana komposisi Bifidus sangat banyak dan 'bakteri jahat' seperti Escherichia coli dkk. secara umum memiliki komposisi yang sedikit. Juga, oleh karena jenis bakteri yang terdapat di dalam usus anak - anak di Jepang tidaklah banyak, hal ini juga menyebabkan komposisi mikroflora usus antara seseorang dengan orang lain di Jepang menjadi tidak terlalu berbeda secara signifikan. Kedua hal ini dipercaya memiliki dampak yang baik terhadap kesehatan. Sehingga para peneliti juga memiliki anggapan bahwa, "kebiasaan makan dan pola hidup sehat yang dianut oleh masyarakat Jepang ternyata juga berdampak pada karakteristik mikroflora ususnya". 

Dr. Jiro Nakayama juga mengatakan, "Hasil penelitian yang membuktikan bahwa komposisi mikroflora usus anak - anak di Jepang yang didominasi oleh bakteri Bifidus akan menarik perhatian lebih lanjut dari para peneliti di Asia mengenai pola / kebiasaan makan masyarakat Jepang. Untuk tahapan penelitian selanjutnya, kami juga ingin mengetahui mengenai faktor - faktor dari makanan seperti apakah yang berperan dalam mendukung pertumbuhan bakteri Bifidus, sehingga penelitian ini diharapkan dapat mendukung anak - anak untuk menjadi lebih sehat. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak - anak di Jepang memiliki bakteri Bifidus dalam jumlah yang banyak sementara bakteri jahat seperti E. coli dkk. jumlahnya sedikit, dan hal ini dapat dilihat sebagai suatu keuntungan. Akan tetapi, ada juga beberapa masalah lain yang timbul seperti kasus alergi yang terus bertambah. Hal ini juga memerlukan penelitian lebih lanjut, mengenai apakah bakteri Bifidus juga dapat memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan atau tidak." 


(sumber: lihat referensi)

catatan:
* artikel ini adalah artikel terjemahan dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia ; bagi yang tertarik dengan bahasa Jepang dapat membaca artikel aslinya di sini
* bagi yang tertarik dengan dunia ilmiah dan ingin tahu lebih dalam, jurnal ilmiah (bukan artikel..!!) dalam bahasa Inggris dapat dilihat di sini

P.S.:
Jika ingin mengutip sebagian artikel ini, anda dipersilahkan melakukannya. Tetapi, harap dituliskan sumbernya. Walaupun ini adalah artikel terjemahan, tetapi diperlukan waktu dan konsentrasi untuk menterjemahkannya ; jadi hargailah hasil dan hak intelektual milik orang lain. Terima kasih telah mengunjungi blog ini.




Referensi:
http://scienceportal.jst.go.jp/news/newsflash_review/newsflash/2015/02/20150225_04.html
http://www.nature.com/articles/srep08397?trendmd-shared=0

No comments:

Post a Comment