Monday, December 28, 2015

Berdasarkan Kondisi Mikroflora Ususnya, Anak - Anak di Jepang Dinyatakan Sehat

 kategori: kesehatan, mikrobiologi, seputar Jepun

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jiro Nakayama (Associate Professor di Program Studi Pertanian Pascasarjana Universitas Kyushu) dan Dr. Koichi Watanabe (Pusat Penelitian Mikrobiologi Yakult) mengungkapkan bahwa berdasarkan komposisi mikroflora ususnya, usus anak - anak di Jepang memiliki lebih banyak bakteri Bifidus sedangkan 'bakteri jahat' seperti Escherichia coli dan sebagainya memiliki komposisi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan anak - anak seusia mereka di negara Asia lainnya. Program penelitian ini merupakan salah satu bagian dari 'Proyek Analisis Mikroflora Usus Pada Anak' yang dilakukan di 5 negara di Asia (Jepang, RRC / Tiongkok, Taiwan, Thailand, dan Indonesia). Proyek ini dipimpin oleh Dr. Lee Yuan Kun, Associate Professor di Universitas Nasional Singapura (NUS). Berdasarkan hasil analisis terhadap komposisi mikroflora usus yang dianggap dapat mempengaruhi kesehatan seseorang tersebut, anak - anak di Jepang dapat dikatakan memiliki kondisi mikroflora usus yang sehat. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah online 'Scientific Reports' edisi bahasa Inggris tertanggal 23 Februari 2015.

Di dalam usus manusia, terdapat ratusan jenis (spesies) mikroorganisme dengan jumlah total sekitar 100 trilyun (100,000,000,000,000) sel yang yang mendiami usus kita. Mikroorganisme penghuni usus ini akan membentuk suatu komunitas ekosistem yang disebut dengan mikrobioma (microbiome). Komposisi dan kondisi mikroflora usus seseorang akan berbeda dengan orang lain. Adapun faktor yang mempengaruhi kondisi dan komposisi mikroflora usus seseorang adalah: kebiasaan makan sehari - hari, obat - obatan yang dikonsumsi, kondisi kesehatan, keadaan lingkungan sekitar, dan banyak faktor lainnya. Asia merupakan wilayah yang dihuni oleh penduduk dari beragam ras dengan pola makan yang bervariasi pula, sehingga komposisi mikroflora usus seperti apa yang dimiliki oleh orang Asia di negara tertentu, menjadi topik yang sangat menarik jika dilihat dari sudut pandang ilmu kedokteran maupun ilmu kesehatan. Dengan alasan ini, para ilmuwan dan peneliti dari 5 negara memutuskan untuk turut ambil bagian dalam proyek penelitian ini. Artikel ini merupakan laporan hasil penelitian tahap I dari proyek tersebut.


tabel hasil analisis sampel feses

Dalam penelitian ini, siswa - siswi SD yang dalam kesehariannya relatif tidak terlalu terpengaruh oleh kebudayaan asing dipilih sebagai 'obyek penelitian' (penulis: tujuannya agar data hasil penelitian pada anak - anak di suatu negara dapat dibandingkan dengan data yang diperoleh di negara lain). 2 lokasi (kota) dipilih dari setiap negara [yang menjadi lokasi penelitian], dan dari setiap kota setidaknya 25 murid SD berusia 7 ~ 11 tahun (total 303 murid dari 10 lokasi) dipilih secara acak untuk diperiksa / dianalisa fesesnya agar komposisi mikroflora ususnya dapat diketahui, sedangkan pola makannya juga dianalisis berdasarkan angket dari setiap murid. Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi mikroflora usus pada anak - anak di Asia dapat dibagi menjadi 2 tipe (golongan) utama. Tipe pertama adalah mikroflora usus yang didominasi oleh bakteri Bifidus dan bakteri golongan Bacteroides yang lazim dijumpai pada usus anak di Jepang, Tiongkok, dan Taiwan. Tipe pertama ini disebut tipe BB (penulis: Bacteroides adalah golongan bakteri yang berguna bagi tubuh jika berada di dalam usus, tetapi dapat menyebabkan berbagai penyakit dengan resiko kematian 20% jika sampai masuk ke aliran darah atau menginfeksi suatu organ tubuh). Sedangkan tipe kedua disebut tipe P, yang merujuk pada bakteri golongan Prevotella yang mendominasi usus anak - anak di Indonesia dan Thailand (penulis: Prevotella adalah golongan bakteri opportunistic pathogen pada manusia yang seringkali ditemui pada mereka yang pola makannya disominasi oleh karbohidrat dan karbohidrat kompleks ; bakteri ini lazim terdapat di dalam usus hewan memamah biak dan keberadaan bakteri ini pada usus manusia dianggap dapat mempengaruhi sekresi asam lambung).

Bakteri genus Prevotella memiliki enzim yang kuat yang mampu 'memecah' serat makanan, dan karena penduduk di Asia Tenggara memiliki kebiasaan makan makanan yang mengandung serat dan pati yang sulit dicerna, hal ini sepertinya menjadi penyebab mengapa usus anak - anak di Asia Tenggara didominasi oleh bakteri tipe P. Sedangkan anak - anak di Jepang memiliki komposisi mikroflora usus yang unik jika dibandingkan dengan anak - anak di negara lain, di mana komposisi Bifidus sangat banyak dan 'bakteri jahat' seperti Escherichia coli dkk. secara umum memiliki komposisi yang sedikit. Juga, oleh karena jenis bakteri yang terdapat di dalam usus anak - anak di Jepang tidaklah banyak, hal ini juga menyebabkan komposisi mikroflora usus antara seseorang dengan orang lain di Jepang menjadi tidak terlalu berbeda secara signifikan. Kedua hal ini dipercaya memiliki dampak yang baik terhadap kesehatan. Sehingga para peneliti juga memiliki anggapan bahwa, "kebiasaan makan dan pola hidup sehat yang dianut oleh masyarakat Jepang ternyata juga berdampak pada karakteristik mikroflora ususnya". 

Dr. Jiro Nakayama juga mengatakan, "Hasil penelitian yang membuktikan bahwa komposisi mikroflora usus anak - anak di Jepang yang didominasi oleh bakteri Bifidus akan menarik perhatian lebih lanjut dari para peneliti di Asia mengenai pola / kebiasaan makan masyarakat Jepang. Untuk tahapan penelitian selanjutnya, kami juga ingin mengetahui mengenai faktor - faktor dari makanan seperti apakah yang berperan dalam mendukung pertumbuhan bakteri Bifidus, sehingga penelitian ini diharapkan dapat mendukung anak - anak untuk menjadi lebih sehat. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak - anak di Jepang memiliki bakteri Bifidus dalam jumlah yang banyak sementara bakteri jahat seperti E. coli dkk. jumlahnya sedikit, dan hal ini dapat dilihat sebagai suatu keuntungan. Akan tetapi, ada juga beberapa masalah lain yang timbul seperti kasus alergi yang terus bertambah. Hal ini juga memerlukan penelitian lebih lanjut, mengenai apakah bakteri Bifidus juga dapat memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan atau tidak." 


(sumber: lihat referensi)

catatan:
* artikel ini adalah artikel terjemahan dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia ; bagi yang tertarik dengan bahasa Jepang dapat membaca artikel aslinya di sini
* bagi yang tertarik dengan dunia ilmiah dan ingin tahu lebih dalam, jurnal ilmiah (bukan artikel..!!) dalam bahasa Inggris dapat dilihat di sini

P.S.:
Jika ingin mengutip sebagian artikel ini, anda dipersilahkan melakukannya. Tetapi, harap dituliskan sumbernya. Walaupun ini adalah artikel terjemahan, tetapi diperlukan waktu dan konsentrasi untuk menterjemahkannya ; jadi hargailah hasil dan hak intelektual milik orang lain. Terima kasih telah mengunjungi blog ini.




Referensi:
http://scienceportal.jst.go.jp/news/newsflash_review/newsflash/2015/02/20150225_04.html
http://www.nature.com/articles/srep08397?trendmd-shared=0

Tuesday, December 22, 2015

Yoghurt, Rahasia Tubuh Sehat dan Umur Panjang?

kategori: kesehatan, mikrobiologi

Pendahuluan
Siapa sih yang tidak mengenal yoghurt? Cairan putih kental dan masam yang terbuat dari susu ini dipercaya memiliki seribu satu khasiat, dari menyembuhkan [beberapa] jenis penyakit sampai memelihara kecantikan dan kehalusan kulit. Begitulah khasiat yoghurt yang diklaim oleh para produsen yoghurt. Tetapi benarkah faktanya demikian? Lalu, dari mana yoghurt berasal? Benarkah ada berbagai jenis yoghurt dengan manfaat yang berbeda? Benarkah meminum yoghurt ada aturannya? Berikut cerita lengkapnya. Mohon maaf kalau di artikel ini banyak cerita Sejarah, soalnya saya suka Sejarah.

Etimologi
Kata 'yoghurt' berasal dari bahasa Arab Turki, یوغورت (baca: yağurt) yang berarti menjadi kental.

Sejarah Yoghurt
Catatan tertua mengenai susu yang difermentasi (yang dikenal dengan nama yoghurt saat ini) yang berhasil ditemukan dan diartikan sampai saat ini berasal dari Herodotus (484 - 425 SM), seorang sejarawan Yunani yang dalam catatannya menulis, bahwa orang - orang di Tarsus memiliki kebiasaan mengkonsumsi susu masam yang menurut kepercayaan mereka diturunkan dan diajarkan langsung oleh Dewa. Ada juga ilmuwan jaman dahulu yang bernama Hippocrates (460 - 370 SM), seorang filsuf, dengan pernyataannya yang berbunyi bahwa "semua penyakit berasal dari perut". Kelak, pernyataan ini akan dikonfirmasi (dibuktikan) oleh seorang ilmuwan Jepang yang bernama Dr. Minoru Shirota (1899 - 1982) yang tak lain adalah 'bapaknya Y☆kult'. Melalui penelitian panjangnya, beliau berkesimpulan bahwa "rahasia umur panjang berawal dari kesehatan pencernaan".

Sedangkan bukti arkeologi tertua mengenai jejak 'susu masam' ini berasal dari Libya, di mana Dr. Richard Evershed -- seorang ahli mikrobiologi prasejarah -- dalam analisanya menemukan jejak asam laktat (asam laktat adalah suatu senyawa yang dapat dijumpai di dalam yoghurt) di dalam pot keramik yang ditengarai telah berumur 7,000 tahun atau lebih pada tahun 1970an. Di dalam situs ekskavasi (situs penemuan) juga ditemukan gambar kuno yang mendeskripsikan hewan ternak dan kegiatan memerah susu.


ilustrasi: pada jaman prasejarah, untuk membuat
yoghurt pun harus mempertaruhkan nyawa, ya...
(sumber: Internet ; dengan penyuntingan)

Sejarah Modern 'Penemuan' Yoghurt
Salah satu manfaat dari yoghurt yang terkenal yang tercatat di dalam sejarah adalah cerita tentang Raja Perancis, King François Ier (1494 - 1547). Pada suatu ketika, Sang Raja menderita suatu penyakit yang [tampaknya] sederhana, tetapi sangat mengganggu dan membuat menderita: DIARE. Pada saat itu, tidak ada tabib yang mampu mengobati penyakitnya, sehingga Sang Raja mengirim utusan khusus untuk mengirim surat ke Kesultanan Ottoman (sekarang berada di wilayah Turki) yang merupakan sekutunya, yang isinya meminta 'bantuan' untuk mengatasi masalahnya tersebut. Sang Sultan segera menjawab permintaan Raja Perancis dengan mengirimkan seorang tabib terbaiknya bersama armada lautnya yang berisi pelaut, prajurit, dan sejumlah domba. Setibanya di Perancis, sang tabib dengan yoghurtnya berhasil menyembuhkan penyakit diare sang Raja Perancis yang telah diderita selama berbulan - bulan hanya dalam waktu beberapa minggu setelah secara rutin meminum susu fermentasi yang disediakan oleh tabib tersebut. Sejak saat itu, Sang Raja selalu rutin mengkonsumsi yoghurt untuk menjaga kesehatannya. Dan cerita ini pun menyebar ke seluruh Perancis, lalu ke daratan Eropa.

Setelah beberapa abad, kebiasaan mengkonsumsi yoghurt pada abad pertengahan lebih menjadi bagian dari budaya dan simbol status, sementara manfaatnya bagi kesehatan mulai terlupakan. Sampai suatu ketika, Prof. Ilya Mechnikov (1845 - 1916), pemenang nobel fisiologi / kedokteran di tahun 1908, yang merupakan ilmuwan Rusia yang bekerja di Pasteur Institute, Paris ini menemukan bahwa banyak kasus kematian dini (kematian pada usia di bawah usia harapan hidup, terutama pada usia produktif) disebabkan oleh akumulasi toksik (racun) di dalam jaringan tubuh yang dihasilkan oleh bakteri putrefaktif (bakteri pembusuk) pada saat 'memecah' makanan yang mengandung protein di dalam usus manusia. Toksik (racun) yang terakumulasi di dalam tubuh ini diklaim oleh Ilya Mechnikov dapat membuat seseorang meninggal lebih cepat daripada seharusnya. Di satu sisi, dalam suatu perjalanan, beliau juga menemukan banyaknya orang di Bulgaria yang hidup sehat dan mencapai usia lebih dari 100 tahun. Dan beliau menyadari bahwa semua orang Bulgaria yang hidup di atas 100 tahun tersebut memiliki kebiasaan yang sama: meminum yoghurt. Murid dari Ilya Mechnikov yang bernama Dr. Stamen Grigorov berhasil mengisolasi dan menemukan bahwa mikroba yang berperan dalam proses fermentasi yoghurt ini adalah bakteri dari golongan Lactobacillus, dan dinamai Bacillus Grigorov, walaupun saat ini lebih dikenal dengan nama Lactobacillus bulgaricus, sesuai dengan lokasi pertama ditemukannya bakteri pemfermentasi yoghurt ini. Prof. Ilya Mechnikov lalu berhasil melakukan serangkaian eksperimen untuk membuktikan bahwa bakteri Lactobacillus di dalam yoghurt dapat menginhibisi (menghambat) proses putrefikasi (pembusukan) protein dalam makanan yang mengakibatkan terakumulasinya toksik dalam tubuh. Hal inilah yang menghantarkan Ilya Mechnikov untuk mendapatkan nobel fisiologi / kedokteran pada tahun 1908.


jika jumlah 'mikroba jahat' lebih banyak daripada 'mikroba baik', 
maka berbagai masalah dan gangguan kesehatan dapat timbul
(sumber: http://nekotora.jp/unchi/benpikana_ag.html)

Pada tahun 1916, Isaac Carasso (1874 - 1939), seorang Yahudi keturunan Kesultanan Ottoman, pindah dari Yunani ke Spanyol, lalu pada tahun 1919 mendirikan perusahaan Danone di Spanyol. Perusahaan ini memproduksi yoghurt secara massal pertama di dunia di dalam pabrik dengan proses yang sangat modern untuk saat itu. Sekitar 10 tahun kemudian, anaknya yang bernama Daniel Carasso (1905 - 2009) dikirim ke Perancis untuk belajar di Sekolah Bisnis Marseilles sekaligus belajar ilmu bakteri (bakteriologi) di Pasteur Institute, dan tercatat juga sebagai anggota 'Komunitas Pecinta Yoghurt di Paris' (La Société Parisienne du Yoghourt). Pada tahun 1939, beliau membuka pabrik yoghurt di Paris mengikuti jejak ayahnya. Daniel Carasso yang meninggal pada usia lebih dari 100 tahun mungkin dapat dijadikan referensi, di mana salah satu khasiat yoghurt adalah dapat 'memperpanjang umur'.

Sementara itu, di tempat lain yang berjarak ribuan mil dari Perancis, pada akhir tahun 1920an (jauh sebelum Jepang dibom atom oleh A.S.), Dr. Minoru Shirota (1899 - 1982) berkeyakinan bahwa 'mikroba baik' (disebut sebagai probiotik) mampu meningkatkan kesehatan pencernaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup (panjang umur, jauh dari penyakit, dll.) bagi orang yang mengkonsumsinya. Pada waktu itu, usia harapan hidup warga Jepang sangat rendah, dan banyak yang menderita penyakit. Melalui penelitiannya yang panjang di laboratorium Mikrobiologi Kyoto Imperial University, pada tahun 1930, akhirnya beliau berhasil mengisolasi suatu strain dari Lactobacillus (L. casei), dan minuman probiotik tersebut mulai dipasarkan secara komersial pada tahun 1935. Pasca kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, di mana dua kota luluh - lantak setelah dijatuhi bom atom, dan kota - kota besar lainnya juga hancur karena bom, Jepang dihadapkan pada masalah sanitasi yang sangat buruk dan merebaknya wabah penyakit menular seperti disentri, kolera, dan typhus. Pada saat itu, Y
kult diproduksi secara massal dan didistribusikan ke seluruh penjuru negeri sebagai suatu counter-measure untuk 'memerangi' wabah penyakit ini, dan menunjukkan hasil yang mencengangkan tetapi menggembirakan, sekaligus membuktikan kesimpulan dari Dr. Minoru Shirota yang berkata bahwa "rahasia umur panjang berawal dari kesehatan pencernaan".

Hasil penelitian yang telah teruji di mana Y☆kult cukup sukses dalam melawan penyebaran penyakit menular pasca PD II ini berkontribusi sangat besar dengan merevolusi 'kepercayaan' warga di Jepang, bahkan sampai dengan saat ini. Saat ini, sebagian besar masyarakat Jepang merupakan penikmat yoghurt, dan ada banyak sekali jenis yoghurt yang dijual di Jepang. Konsumsi yoghurt per kapita masyarakat Jepang sebesar 3.7 kg per tahun per orang (data tahun 2013). Bandingkan dengan Perancis yang konsumsi per kapitanya 21.3 kg, Turki dengan 21.4 kg, Belanda dengan 21.7 kg, Argentina dengan 7.8 kg, Amerika dengan 6.7 kg, RRC (Tiongkok) dengan 3.4 kg, dan India dengan 0.4 kg. Sedangkan Indonesia hanya memiliki tingkat konsumsi per kapita sebesar 0.3 kg per kapita per tahun.  


kiri: di Jepang, memilih yoghurt sesuai kebutuhan bisa sangat membingungkan
kanan: di Indonesia. yang paling membingungkan adalah memilih produk sambal
(sumber: dokumen pribadi)

Apa itu Yoghurt?
Mengapa Kita Harus Mengkonsumsinya?
 

Yoghurt adalah susu yang difermentasi oleh suatu jenis bakteri yang disebut bakteri asam laktat (乳酸菌) selama beberapa waktu, sedemikian rupa sehingga produk fermentasi yang dihasilkan memiliki rasa masam (asam). Susu yang dipakai bisa berasal dari susu sapi, susu kambing, bahkan susu kacang kedelai. Sedangkan tingkat keasaman dari yoghurt itu sendiri tergantung kepada lamanya proses fermentasi, temperatur proses fermentasi, dan jenis bakteri yang digunakan.
 
dadiah, yoghurt tradisional dari Minangkabau
dibuat dengan memfermentasi susu kerbau

(sumber: Internet)


Di dalam saluran pencernaan, bakteri asam laktat dari yoghurt ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus. Oleh karena fungsinya ini, maka yoghurt disebut sebagai salah satu sumber probiotik. Probiotik adalah mikroorganisme (biasanya merupakan bakteri, tetapi tidak harus selalu bakteri) yang berfungsi menjaga keseimbangan mikroflora usus (terutama usus besar), sehingga 'kuman jahat' dapat dibatasi perkembangan / pertumbuhannya. Tugas lain dari probiotik adalah menjaga kondisi usus (salah satunya pH) agar tetap berada dalam kondisi tertentu. pH usus ini harus dijaga agar tidak terjadi pembentukkan senyawa toksin. Probiotik juga berfungsi untuk menguraikan / menetralisir senyawa toksin / racun yang dihasilkan oleh 'kuman jahat' melalui beberapa mekanisme. Mengenai probiotik, keseimbangan mikroflora usus, dan pengaruhnya terhadap kesehatan akan saya jelaskan di lain kesempatan.

Nah, di dalam usus besar kita, bakteri asam laktat alias bakteri yoghurt alias bakteri probiotik ini akan memproduksi suatu jenis senyawa asam. Senyawa asam yang dihasilkan ini akan bergantung kepada jenis bakteri probiotik itu sendiri. Senyawa asam ini dapat berfungsi sebagai inhibitor (penghambat) pertumbuhan mikroorganisme yang jahat, seperti bakteri Escherichia coli, Clostridium difficile, Helicobacter pylori, Candida sp., dan lain - lain. Sebagian besar mikroorganisme yang berada di dalam usus kita memiliki peran dan fungsinya masing - masing, sehingga tidak bisa 'dibunuh' begitu saja. Hanya saja, jika populasinya tidak terkendali maka beberapa jenis mikroba dapat / akan menimbulkan masalah kesehatan. Contohnya adalah bakteri Escherichia coli, yang dalam populasi sedikit akan berfungsi untuk mensintesis (menghasilkan) vitamin K yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh ; tetapi jika populasinya terlalu banyak akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti diare berdarah, infeksi saluran kemih, keracunan (bakteri E. coli dapat menghasilkan toksin yang dapat terserap usus dan masuk ke aliran darah), pneumonia, dan lain - lain. Oleh karena itu, populasi kuman jahat harus bisa dikendalikan, dan salah satu caranya adalah dengan mengkonsumsi yoghurt secara rutin.

Adapun manfaat dari yoghurt yang lainnya adalah, bakteri probiotik di dalam yoghurt ini mampu memproduksi vitamin B yang kita butuhkan, memproduksi asam amino, 'memecahkan' laktosa (disebut juga 'gula susu') yaitu suatu senyawa disakarida (senyawa gula rangkap) menjadi senyawa monosakarida (senyawa gula tunggal) sehingga sangat membantu mereka yang alergi terhadap susu (lactose intolerant), mampu memproduksi suatu senyawa yang dapat menghambat / membunuh kuman patogen, merangsang pembentukan imun kompleks (B-lymphocytes, IgA, IgG, IgM, γ-interferon, dll.), meringankan / menyembuhkan masalah alergi, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan resiko kanker kolon, membantu proses penyembuhan ulcers (perlukaan) pada dinding usus,
mencegah sembelit dan memperlancar BAB (buang air besar), mampu meringankan / menyembuhkan keputihan pada kaum hawa, dapat membantu meningkatkan imunitas bayi dengan cara ditransmisikan ke bayi bagi dari / bagi ibu hamil dan menyusui, dan lain - lain.

Berkenalan dengan Bakteri Yoghurt
Ada lebih dari 50 jenis bakteri yang telah diidentifikasi yang dapat digunakan untuk membuat yoghurt. Bakteri ini biasanya diisolasi dari sampel yang telah ada (misal: yoghurt tradisional, KEFIR, usus manusia, dari feses, dll.) atau diisolasi dari tanah, daun, dan sebagainya. Tetapi, akhir - akhir ini, ada juga yoghurt yang dibuat dari bakteri GMO (Genetically Modified Organism), yaitu bakteri yang merupakan hasil dari proses rekayasa genetika. Kemanan dari yoghurt GMO ini masih dipertanyakan. Walaupun begitu, secara umum, bakteri yoghurt ini dapat diklasifikasikan ke dalam 2 golongan, yaitu:

A. Resident probiotic (bakteri pengkoloni usus) 

Sesuai namanya, bakteri golongan ini merupakan bakteri yang akan tetap tinggal di dalam usus kita dalam waktu lama setelah dikonsumsi. Bakteri jenis ini biasanya membantu proses pencernaan, menghasilkan vitamin, menguraikan toksin, dan menciptakan 'lapisan pelindung' pada usus agar tidak mudah dimasuki oleh kuman patogen. Contoh terkenal dari bakteri ini adalah bakteri dari genus Bifidobacterium. Bakteri ini merupakan bakteri yang pertama kali 'menghuni' usus kita, dan dibawa melalui ASI pada saat bayi sedang meyusui. Kelebihan dari bakteri ini adalah bahwa mereka dapat mengkolonisasi (menghuni) usus besar kita dalam waktu yang lama, tetapi kekurangannya adalah bahwa bakteri ini mudah mati.

B. Transient probiotic (bakteri non-pengkoloni usus)
Bakteri jenis ini akan tinggal selama 5 ~ 20 hari di dalam usus kita setelah dikonsumsi. Bakteri jenis ini biasanya memiliki peran untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh atau berperan langsung dalam memerangi kuman patogen. Kelebihan dari bakteri ini adalah bahwa bakteri ini biasanya lebih aktif dan agresif dalam melawan kuman patogen, tetapi kekurangannya adalah bahwa mereka hanya tinggal sementara di dalam usus. Contoh terkenal dari bakteri ini adalah bakteri dari genus Lactobacillus



yoghurt dapat dibuat dari berbagai jenis bakteri, jadi
sesuaikanlah jenis yoghurt yang dikonsumsi dengan kebutuhan kita
(sumber: moyashimon)

Berikut adalah beberapa jenis bakteri yang lazim dipakai pada proses pembuatan yoghurt:

1. Grup Bifidobacterium
Bifidobacterium adalah probiotik pertama yang menghuni usus kita. Pada waktu bayi baru saja dilahirkan, ususnya berada dalam kondisi steril. Ketika menyusu, usus bayi akan segera dikolonisasi oleh bakteri golongan Bifidobacterium (B. infantis, B. bifidum, B. longum) dengan persentase 95 ~ 99.95 %. Oleh karena sistem kekebalan tubuh bayi masih belum berfungsi secara baik dan benar, maka bakteri inilah yang 'bertindak' sebagai wakil / pengganti sistem kekebalan tubuh sebagai agen perlawanan terhadap kuman penyakit, sambil memodulasi (memacu) pembentukkan sistem kekebalan tubuh. Sehingga, sangatlah dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayi sampai berumur 6 bulan. Oleh karena suplementasi (penambahan) Bifidobacterium bagi bayi yang diberikan susu formula merupakan sesuatu yang dinilai aman,  Nestlé Amerika berusaha mengembangkan susu formula yang disuplementasi dengan Bifidobacterium. Jumlah bakteri Bifidobacterium akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia, karena jenis makanan yang dikonsumsi juga akan semakin beragam. Walaupun begitu, orang dewasa pun tetap dianjurkan untuk mengkonsumsi Bifidobacterium dari sumber lainnya, terutama dari yoghurt. Bahkan, di Jepang, kriteria 'kesehatan pencernaan' seseorang ditentukan dari jumlah koloni Bifidobacterium yang terdapat dalam usus besar dan perbandingannya terhadap Escherichia coli. Sampai saat ini, ada sekitar 30an spesies Bifidobacterium yang telah diidentifikasi.

2. Bifidobacterium infantis
Bifidobacterium infantis memiliki efek inhibisi (menghambat) terhadap invasi / serangan kuman patogen, seperti Escherichia coli. Bifidobacterium infantis juga memiliki efek dan aktivitas anti-tumor ; yang walaupun mekanismenya tidak sepenuhnya dimengerti tetapi berguna dalam pencegahan maupun terapi kanker payudara. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Bifidobacterium infantis memiliki beberapa mekanisme aktivitas yang mampu melindungi dinding usus dan lambung dari gastroenteritis (inflamasi / peradangan pada dinding saluran pencernaan) atau yang lebih lazim dikenal sebagai 'flu perut', terutama yang disebabkan oleh virus.

3. Bifidobacterium bifidum
Bifidobacterium bifidum seringkali disebut dengan 'Bifidus bacteria' di Jepang. Di Jepang, bakteri jenis ini sangat terkenal sebagai bahan pembuat yoghurt, karena memiliki segudang khasiat. Bifidobacterium bifidum mampu memproduksi asam asetat (CH3-COOH) yang jauh lebih efektif dalam 'memerangi' yeast (ragi / jamur uniseluler) dibandingkan asam laktat. Sehingga, bakteri ini merupakan bakteri yang sangat efektif untuk meringankan / menyembuhkan penderita keputihan, yang biasanya disebabkan oleh yeast Candida albicans. Bakteri ini juga memiliki kemampuan untuk memproduksi ethanol (suatu jenis alkohol) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain seperti Salmonella, dan juga asam format. Bakteri probiotik ini juga mampu memelihara gerak peristaltik usus (mencegah sembelit / susah BAB), memelihara kesehatan liver, menekan pertumbuhan beberapa jenis tumor dan kanker kolon, meregulasi sistem imunitas, menyembuhkan ulcers, efektif dalam mencegah dan melawan rotavirus (suatu jenis virus penyebab diare), dan bahkan direkomendasikan untuk pasien yang sedang menjalani kemoterapi di Jepang. 


Bahkan, bakteri probiotik ini memiliki kemampuan yang sangat unik, yang dapat mengirimkan 'sinyal untuk mengajak' beberapa jenis bakteri patogen potensial (opportunistic pathogen bacteria) untuk 'bekerja sama' menghasilkan sesuatu yang berguna bagi kesehatan. Hal ini dapat dianalogikan sebagai ketua kelas yang dapat membujuk (atau mengancam?) anak yang bandel di kelas untuk bersama - sama membersihkan kelas. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bakteri probiotik ini juga dapat membantu menurunkan berat badan, dengan cara menghasilkan suatu senyawa yang akan berikatan dengan senyawa lipid (lemak), menghasilkan suatu senyawa organik kompleks yang tidak dapat terserap oleh tubuh. Karena lemak yang terserap tubuh menjadi berkurang, maka hal ini dapat membantu proses penurunan berat badan (mungkin ini adalah salah satu rahasia mengapa orang Jepang berbadan ramping?). Oleh karena bakteri ini termasuk ke dalam bakteri pertama yang mengkoloni usus bayi (resident bacteria), maka ibu hamil dan menyusui sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi yoghurt yang mengandung bakteri probiotik ini. 

yoghurt Bifidus rasa lidah buaya
yang dijual di Jepang
4. Bifidobacterium longum
Bifidobacterium longum memiliki kemampuan untuk mencegah timbulnya kanker, dengan cara memetabolisme dan menguraikan senyawa nitrat dan nitrit yang lazim terdapat di dalam makanan sebagai zat aditif. Hasil penelitian awal juga menunjukkan bahwa konsumsi rutin Bifidobacterium longum dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kanker kolon, kanker hati, dan kanker payudara secara signifikan.

5. Lactobacillus acidophilus
Berbeda dengan bakteri probiotik lainnya, Lactobacillus acidophilus lebih suka tinggal di usus halus, dan dapat tinggal juga di dalam usus besar dalam jumlah yang sedikit, sehingga agak sulit untuk diklasifikasikan sebagai resident atau transient bacteria. Jika Bifidobacterium bifidum sangat terkenal di Jepang, maka Lactobacillus acidophilus sangat terkenal di Amerika, Kanada, dan Australia karena manfaat yang tak kalah banyaknya. Bakteri Lactobacillus acidophilus sangat tahan dengan asam lambung (masih tetap hidup pada pH = 1.5) maupun garam empedu, sehingga dapat mencapai usus dalam keadaan hidup. Lactobacillus acidophilus mampu memproduksi CLA (conjugated linoleic acid / asam linoleat terkonjugasi), yaitu suatu zat yang mampu menetralisir senyawa karsinogen (suatu agen pemicu kanker). Lactobacillus acidophilus juga mampu menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dengan cara mengeluarkan sejenis enzim yang dapat menguraikan / 'memecah' zat kolesterol tersebut menjadi senyawa asam lemak yang lebih sederhana sebelum diserap oleh tubuh. Kemampuan Lactobacillus acidophilus untuk 'memecah' senyawa gluten juga membantu penderita alergi gluten untuk terbebas dari masalah alergi ini. Sama halnya seperti Bifidobacterium bifidum, Lactobacillus acidophilus juga mampu menghasilkan senyawa asam (asam laktat) yang cukup efektif dalam melawan infeksi yeast Candida albicans, penyebab penyakit keputihan pada kaum hawa. 


Kelebihan lainnya adalah kemampuannya untuk melawan pertumbuhan beberapa jenis tumor. Lactobacillus acidophilus juga mampu melawan berbagai infeksi bakteri patogen secara agresif dengan menghasilkan beberapa macam senyawa antibiotika, seperti Acidolin, Acidophilin, Lactobacillin, dan Lactocidin. Senyawa antibiotik ini dapat melawan bakteri lain terutama bakteri patogen. Tak hanya itu, Lactobacillus acidophilus juga mampu memproduksi vitamin E dan K yang berguna dalam proses regenerasi dan peremajaan kulit, sehingga seringkali dianggap bahwa bakteri ini dapat mempercantik kulit dan memberikan khasiat awet muda. Walaupun memiliki beberapa manfaat yang sama / mirip dengan Bifidobacterium bifidum, tetapi bakteri Lactobacillus acidophilus memiliki karakteristik yang agresif dalam melawan mikroba patogen, yang mana karakteristik ini cukup berbeda dengan Bifidobacterium bifidum yang cenderung 'membujuk' bakteri patogen potensial (opportunistic pathogen bacteria) untuk bekerja sama menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Kekurangan dari bakteri ini adalah, rasa dari yoghurt yang dihasilkan akan sangat masam, sehingga mungkin tidak dianjurkan bagi penderita asam lambung. Walaupun begitu, mengingat manfaatnya, mereka yang memiliki masalah asam lambung dapat saja mencoba yoghurt ini dalam jumlah sedikit dahulu. Jika tidak ada keluhan / masalah, maka bisa dikonsumsi dalam jumlah normal. 

6. Lactobacillus casei
Lactobacillus casei yang terdapat di dalam Y☆kult merupakan bakteri transient yang mampu memodulasi sistem imun kompleks pada mukosa genital. Artinya, bakteri probiotik ini dapat meningkatkan sistem kekebalan untuk melawan / mencegah serangan dari beberapa jenis penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Bakteri ini juga mampu menghambat pertumbuhan sel tumor, dan mampu melawan beberapa jenis kuman penyebab penyakit yang berhubungan dengan pencernaan, seperti typhus, disentri, dan kolera. Lactobacillus casei juga merupakan bakteri probiotik yang paling ampuh dalam melawan infeksi bakteri Listeria. Listeria dapat menyebabkan suatu penyakit dengan fatality rate (resiko kematian) sebesar 30%. Listeria dapat dijumpai di mana - mana, dari kerang, burung, serangga, laba - laba, hewan ternak, air yang tercemar, produk hewan ternak (daging, susu, telur, dll.) yang tercemar, sayuran mentah, tikus dan kucing liar, dan lain - lain. Tetapi, karena bakteri Listeria hanya bisa masuk melalui jalur oral (mulut), maka ada dua kemungkinan mengapa infeksi
Listeria ini bisa terjadi. Pertama, bahan makanan yang tidak dimasak secara benar, atau tidak dimasak sama sekali, seperti makanan karedok, rujak, salad, sashimi, dll. Kedua, tangan yang tidak dicuci setelah menyentuh sesuatu (tanah, air, binatang, tanaman, dll.) yang terkontaminasi, lalu secara tidak sengaja kuman tersebut tertelan (misal: kebiasaan menghisap jari / menggigit kuku, makan dengan menggunakan tangan, dll.). Listeria merupakan salah satu kuman yang dapat menyebabkan penyakit meningitis (radang selaput otak). Meningitis sendiri dapat disebabkan oleh beberapa jenis kuman, antara lain infeksi bakteri Listeria, virus, maupun protozoa. Tetapi, Lactobacillus casei yang terdapat di dalam Y☆kult dapat membantu meringankan penderita meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria dengan sangat efektif.
pabrik Y☆kult di Jepang
7. Lactobacillus bulgaricus
Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri yang paling banyak dipakai dalam pembuatan yoghurt, karena prosesnya sangat mudah. Lactobacillus bulgaricus seringkali dianjurkan bagi para penderita masalah pencernaan, termasuk acid reflux / GERD. Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri transient, tetapi cukup diperlukan karena perannya yang penting. Lactobacillus bulgaricus dapat menghasilkan enzim laktase yang fungsinya 'memecah' laktosa (gula rangkap pada susu) menjadi dua buah monosakarida (gula tunggal) bernama glukosa dan galaktosa, serta mampu memproduksi asam amino dan beberapa jenis vitamin B yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini membuat Lactobacillus bulgaricus seringkali dipilih oleh penderita alergi susu (lactose intolerant). Salah satu manfaat dari Lactobacillus bulgaricus adalah keampuhannya dalam melawan penyakit kelamin yang bernama herpes, baik herpes simplex maupun herpes progenitalis, yang disebabkan oleh virus.  


8. Streptococcus thermophilus
Bakteri ini sebenarnya cukup sering dipakai pada proses pembuatan yoghurt walaupun tidak sebanyak Lactobacillus bulgaricus,
karena produk yoghurt yang dihasilkan rasanya tidak terlalu asam. Sama halnya dengan Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus juga mampu 'memecahkan' senyawa laktosa pada susu menjadi glukosa dan galaktosa. Hal ini sangat membantu penderita lactose intolerant yang tidak bisa menghasilkan enzim laktase, sehingga keluhan alergi susu seperti diare dsb. dapat dikurangi secara signifikan. Streptococcus thermophilus juga mampu melawan beberapa jenis kuman penyebab diare, menyembuhkan ulcers yang timbul akibat pemakaian obat - obatan gologan NSAID (misal: aspirin, ibuprofen, parasetamol, dll.), mampu mencegah terjadinya beberapa jenis tumor dan kanker kolon.  

Streptococcus thermophilus memiliki kemampuan menghasilkan senyawa antioksidan yang sangat baik. Senyawa antioksidan ini sangat diperlukan dalam 'menangkal' senyawa jahat yang bernama radikal bebas, yaitu suatu jenis senyawa yang dapat memicu kanker. Radikal bebas dapat dihasilkan pada proses metabolisme yang tidak sempurna (misal: pada manula), dihasilkan oleh tubuh ketika mengalami stress, hasil metabolisme antibiotik, mengkonsumsi karbohidrat secara berlebihan, air yang diklorinasi, ataupun dari senyawa kimia yang terdapat dalam air / makanan. Oleh karena Streptococcus thermophilus memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menghasilkan senyawa antioksidan, bakteri probiotik ini seringkali dipilih bagi mereka yang ingin menjaga kesehatan dan ingin terhindar dari kanker. Selain itu, dengan kemampuannya untuk menangkal radikal bebas sekaligus merangsang produksi dan regenerasi sel baru, bakteri probiotik Streptococcus thermophilus dianggap sebagai salah satu 'rahasia kesehatan dan umur panjang'. Sayangnya, karena bakteri probiotik ini termasuk bakteri transient, ia hanya [akan] tinggal di saluran pencernaan sampai dengan 15 hari saja sejak dikonsumsi.

9. Lactobacillus rhamnosus
Lactobacillus rhamnosus merupakan bakteri probiotik yang sedang populer sebagai bahan penelitian akhir - akhir ini. Manfaat Lactobacillus rhamnosus pada penderita masalah pencernaan, mulai dari konstipasi, inflammatory bowel disease (penyakit peradangan pada usus), acid reflux, GERD. LPR, dkk. sedang diteliti, dan sejauh ini prospeknya terlihat menjanjikan. Probiotik Lactobacillus rhamnosus juga terbukti efektif dalam melawan diare yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, serta meringankan beberapa kasus alergi makanan. Di dalam tahap percobaan di laboratorium, hasil percobaan menunjukkan bahwa Lactobacillus rhamnosus dapat mencegah bertumbuhnya sel tumor dan kanker pada kolon. Penelitian tahap awal yang dilakukan di Kanada menunjukkan bahwa Lactobacillus rhamnosus dapat membantu meningkatkan ketahanan terhadap infeksi yeast, dan melindungi organ kelamin dengan cara mencegah invasi (masuknya) penyakit kelamin termasuk AIDS, dan infeksi kandung kemih. Lactobacillus rhamnosus bahkan mulai dianggap sebagai probiotik Lactobacillus yang manfaatnya [hampir] sama hebatnya dengan sepupunya, Lactobacillus acidophilus.

10. Lactobacillus sporogenes
Bakteri probiotik ini mungkin tidak terlalu terkenal, tetapi sedang diteliti secara intensif di India. Di dalam serangkaian uji klinis di beberapa Rumah Sakit di India terhadap banyak pasien sukarelawan (atau sukarelawan pasien??), Lactobacillus sporogenes yang dikonsumsi sebagai suplemen terhadap obat - obatan mampu menurunkan serum kolesterol jahat (LDL) sebanyak 104 poin hanya dalam 3 hari, sedangkan yang tidak mengkonsumsinya (hanya mengkonsumsi obat - obatan), serum kolesterol rata-ratanya hanya turun 47 poin dalam 3 hari. Hal ini terjadi karena Lactobacillus sporogenes dapat memetabolisme kolesterol sebelum diserap oleh usus kita, sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh kita. Hasil penelitian ini menawarkan / menjanjikan sebuah harapan untuk mengobati pasien penyakit jantung melalui sebuah terapi yang [hampir] bebas efek samping. Lactobacillus sporogenes juga dilaporkan dapat membantu meningkatkan efektivitas pengobatan pada penderita diare, dan juga dapat menormalkan kondisi usus pada penderita gut dysbiosis (ketidakseimbangan mikroflora usus).

11. Lactobacillus plantarum
Bakteri probiotik ini agak berbeda dengan yang lainnya, karena tidak lazim terdapat di dalam susu, tetapi digolongkan sebagai bakteri asam laktat. Lactobacillus plantarum seringkali dijumpai pada sayuran yang difermentasi, seperti kimchi, sauerkraut, acar, dan sebagainya. Lactobacillus plantarum merupakan bakteri yang relatif tahan terhadap berbagai kondisi ekstrem, seperti kadar garam yang tinggi, suhu tinggi, alkohol, pH yang asam, ataupun suhu rendah. Lactobacillus plantarum memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim yang mampu mencerna serat, sehingga membantu kita dalam mencerna serat yang terdapat dalam beberapa bahan makanan, seperti berbagai jenis bawang, gandum, pisang, beberapa jenis pati, bahkan yeast. Oleh karena itu, Lactobacillus plantarum dapat membantu beberapa masalah pencernaan seperti perut kembung dan masalah timbulnya gas dalam perut, yang timbul akibat adanya serat yang tidak tercerna [dan menjadi 'makanan' bagi bakteri lain yang menghasilkan gas]. Lactobacillus plantarum juga dapat melawan infeksi dari beberapa jenis kuman penyakit, termasuk Clostridium difficile yang terkenal sangat ganas dan kebal antibiotik. Lactobacillus plantarum memiliki kemampuan untuk menghasilkan sejenis antibiotik bernama Lactolin, yang bekerja dengan cara mengincar dan memblok sisi reseptor dari bakteri gram negatif, yang menjadikan bakteri ini sebagai probiotik transient yang sangat tangguh. 

Sebenarnya ada banyak bakteri probiotik yang ingin saya 'perkenalkan', tetapi karena keterbatasan waktu maka hanya 10 jenis saja yang saya jelaskan di sini. Adapun jenis probiotik yang kita pilih sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan kita sendiri, dan ketersediaan di pasar tentunya. 


Minum Yoghurt Ternyata Ada Aturannya
Walaupun yoghurt dianggap sebagai minuman probiotik yang bermanfaat bagi kesehatan, ternyata mengkonsumsi yoghurt pun ada aturannya. Aturan ini juga berlaku jika kita ingin mengkonsumsi probiotik lainnya, seperti KEFIR, tapé, dan lain sebagainya. Hal apa sajakah yang harus kita perhatikan pada saat ingin / akan mengkonsumsi yoghurt?

1. Jangan mengkonsumsi yoghurt sesaat sebelum / sesudah makan.
Hal ini disebabkan karena yoghurt sendiri mengandung bakteri yang hidup. Bakteri tersebut dapat menghasilkan enzim tertentu dengan fungsi tertentu pula. Mengkonsumsi yoghurt sesaat sebelum / sesudah makan dapat mengakibatkan terbentuknya suatu senyawa yang tidak kita butuhkan (atau bahkan dapat menjadi racun), yang dihasilkan oleh metabolisme bakteri tersebut. Karena, seharusnya bakteri probiotik tersebut menguraikan sisa - sisa makanan hasil pencernaan yang terdapat di usus besar, bukannya makanan yang berada di lambung. Alih - alih proses pencernaan, di dalam lambung dapat terjadi proses fermentasi atau bahkan putrefikasi (pembusukan / penguraian), yang dapat menghasilkan suatu senyawa yang tidak dibutuhkan atau bahkan beracun. Kemungkinan lainnya, bakteri probiotik dapat mati karena terkena asam lambung yang diproduksi oleh lambung. Akibatnya, manfaat dari yoghurt tidak akan bisa kita dapatkan, hanya rasa dari yoghurt itu saja yang dapat kita nikmati. Sebaiknya, yoghurt dikonsumsi 2 jam setelah makan dan 1.5 jam sebelum makan yang berikutnya. Yoghurt paling baik untuk dikonsumsi sebelum tidur.

2. Jangan mengkonsumsi yoghurt sesaat sebelum / sesudah mengkonsumsi antibiotika.
Hal ini disebabkan karena yoghurt sendiri adalah bakteri yang hidup. Sedangkan antibiotika bertujuan untuk membunuh bakteri, tidak peduli apakah bakteri itu adalah bakteri baik (probiotik) ataupun bakteri jahat (patogen). Mengkonsumsi yoghurt terlalu dekat dengan antibiotika akan menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama, antibiotika akan membunuh bakteri probiotik pada yoghurt terlebih dahulu, lalu khasiat antibiotik tersebut menjadi terlalu lemah untuk membunuh kuman penyakit yang dimaksud. Kedua, dalam kasus yang lebih jarang, senyawa antibiotika tersebut akan diuraikan / dinetralisir oleh bakteri probiotik, sehingga antibiotika yang dikonsumsi menjadi kehilangan khasiatnya, atau bahkan berubah menjadi senyawa yang justru berbahaya (beracun) bagi tubuh kita. Kedua kemungkinan tersebut akan membuat antibiotika menjadi kehilangan sebagian atau seluruh khasiatnya, sehingga yoghurt sebaiknya diminum 2 jam setelah konsumsi antibiotika, tetapi paling baik jika dikonsumsi sebelum tidur, karena bakteri probiotik tersebut akan memiliki waktu setidaknya sekitar 8 jam untuk 'bekerja' sebelum konsumsi antibiotik berikutnya pada keesokan harinya. Hal ini juga berlaku untuk antibiotika alami, seperti air rebusan daun sirih, air rebusan sarang semut, perasan kunyit, madu, dan lain - lain, yang sebaiknya jangan diminum terlalu berdekatan dengan yoghurt.

3. Jangan meminum air hangat sesaat sebelum / sesudah mengkonsumsi yoghurt.
Hal ini disebabkan karena air hangat (memiliki temperatur 40℃ atau lebih) dapat melemahkan bakteri probiotik. Akibatnya, bakteri probiotik mungkin akan mati sebelum mencapai usus besar, jumlahnya terlalu sedikit atau kondisinya terlalu lemah pada saat mencapai usus besar sehingga tidak dapat beraktivitas dengan baik, yang pada akhirnya membuat kita tidak dapat 'menikmati' manfaat dari yoghurt tersebut.

4. Jangan mengkonsumsi yoghurt dalam jumlah berlebihan.
Pada prinsipnya, segala sesuatu yang dikonsumsi secara berlebihan itu tidak baik bagi kesehatan. Bahan makanan apapun, termasuk yoghurt yang dikonsumsi harus melewati usus halus sebelum bisa sampai ke usus besar. Usus besar dihuni oleh banyak sekali bakteri (baik jumlahnya maupun jenisnya), sedangkan usus halus termasuk daerah yang relatif steril dan bebas bakteri. Sebagai referensi, di dalam usus halus terdapat bakteri maksimal 10,000 bakteri per mL cairan, sedangkan pada usus besar populasi bakteri minimal 1,000,000,000 bakteri per 1mL cairan. Mengapa populasinya bisa berbeda jauh begini? Alasannya adalah, karena usus halus memiliki fungsi utama untuk menyerap nutrisi dari makanan, dan fungsi tambahan sebagai tempat terjadinya reaksi enzimatis untuk 'memecahkan' senyawa kompleks di dalam makanan menjadi senyawa - senyawa yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh usus halus. Sehingga, untuk memastikan bahwa yang diserap adalah nutrien (sari - sari makanan) dan bukannya bakteri (bahkan bakteri probiotik pun akan menimbulkan masalah jika sampai masuk ke sistem peredaran darah), usus halus memiliki mekanisme 'pembersihan diri otomatis', yang menyebabkan mikroba yang berada pada usus halus akan 'dipindahkan' ke bagian lain, yaitu usus besar melalui apa yang disebut gerakan kontraksi otot (bowel movement). Jika yoghurt dikonsumsi secara berlebihan, maka usus halus akan mengalami kesulitan untuk 'memindahkan' bakteri probiotik itu dari usus halus ke usus besar. Padahal, panjang usus halus bisa mencapai 8 meter atau lebih. Artinya, jika yoghurt (ataupun probiotik lainnya) dikonsumsi secara berlebihan, maka bakteri probiotik yang seharusnya berguna akan terkonsentrasi di suatu bagian di usus halus, dan alih - alih bisa bermanfaat, hal ini justru akan berpotensi menimbulkan masalah bagi usus halus, yang ditandai dengan kacaunya gerakan kontraksi pada usus. Masalah ini disebut SIBO (small intestine bacterial overgrowth) atau SIMO (small intestine microbial overgrowth), yang ditandai dengan berbagai gejala seperti sakit perut, kembung, nafas yang berbau, sembelit, dll. Jika hal ini sampai terjadi, penanganannya akan cukup sulit.



yoghurt ice cream memang enak, tetapi
jangan dikonsumsi dalam jumlah banyak

5. Konsumsilah yoghurt saat perut kosong.
Hal ini sangat disarankan, agar lambung tidak berada pada kondisi asam, yang dapat melemahkan bakteri probiotik yang kita konsumsi. Waktu yang paling baik untuk mengkonsumsi yoghurt adalah sebelum tidur.

6. Minum air.
Yoghurt merupakan probiotik yang menggunakan media susu. Pada saat dikonsumsi, susu yang merupakan sumber protein dapat saja merangsang keluarnya (diproduksinya) asam lambung, dan jika ini terjadi maka khasiat yoghurt akan menjadi berkurang karena bakteri probiotiknya akan menjadi lemah terkena asam lambung. Oleh karena itu, sesaat setelah minum yoghurt, ada baiknya jika kita minum segelas (sekitar 150 ~ 200cc) air sejuk (15 ~ 20℃), yang akan mengencerkan konsentrasi yoghurt itu sendiri. Dengan proses pengenceran ini, diharapkan bahwa asam lambung tidak akan dirangsang / dikeluarkan, dan walaupun dikeluarkan, air yang diminum akan mengencerkan konsentrasi asam lambung itu sendiri sehingga mengurangi efeknya terhadap probiotik yang kita minum. Suhu air yang agak dingin juga membantu mengurangi respons lambung maupun efektivitas asam lambung yang dihasilkan.


Yoghurt Sebagai Suplementasi Antibiotik
Pada saat kita mengkonsumsi antibiotik (anti bakteri), terutama antibiotika spektrum luas (broad spectrum antibiotic), sebenarnya kita akan membunuh bakteri jahat sekaligus bakteri baik yang berada di dalam usus kita. Hal ini dapat dianalogikan dengan menjatuhkan bom atom kepada pasukan infanteri yang sedang berperang. Walaupun tujuan sebenarnya adalah untuk membunuh bakteri yang jahat, tetapi karena bakteri yang baik ikut menjadi korban, maka ada beberapa masalah yang mungkin dapat muncul. Oleh karena tugas utama bakteri baik adalah untuk menjaga populasi dari mikroba yang jahat, maka jika bakteri yang baik mati karena antibiotik, populasi mikroba yang jahat bisa berkembang tidak terkendali. Ada 2 jenis mikroba yang jahat: yang pertama adalah mikroba non-bakteri yang sama sekali tidak terpengaruh oleh antibiotika, seperti yeast Candida albicans. Antibiotika tidak dapat membunuh yeast (ragi), karena yeast bukanlah bakteri, melainkan suatu jenis mikroorganisme yang berbeda. Jenis kedua adalah bakteri jahat yang walaupun mati setelah 'diserang' oleh antibiotika, tetapi survivor-nya (bakteri yang selamat) akan 'mengingat' dan mengembangkan resistensi terhadap antibiotika yang telah membunuh kawan - kawannya. Contoh bakteri jahat yang dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotika adalah Helicobacter pylori dan Clostridium difficile. Terganggunya keseimbangan mikroflora usus karena konsumsi antibiotika dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari diare, konstipasi, mual, sampai masalah yang lebih serius. Oleh karena itu, antibiotika seharusnya tidak diberikan secara sembarangan. Bahkan, di negara maju (kecuali Amerika), dokter tidak akan mau meresepkan antibiotika kecuali jika memang benar - benar dibutuhkan.


Ada cerita menarik mengenai bagaimana penyalahgunaan antibiotika menyebabkan kematian seorang artis terkenal di masa lampau. Hasil analisis dan rekonstruksi terbaru terhadap kematian penyanyi rock n roll terkenal Elvis Presley, yang meninggal mendadak pada tahun 1977, mengungkapkan bahwa penyebab kematian Elvis Presley memang mungkin disebabkan oleh serangan jantung, tetapi serangan jantung itu sendiri bisa jadi disebabkan karena kesulitan buang air besar. Hal ini memang terdengar sangat konyol, tetapi BAB yang tidak lancar dapat menimbulkan berbagai masalah, mulai dari perasaan tidak nyaman, perut kembung, gangguan emosional, sakit kepala, jantung berdebar, dan keluhan / gangguan lainnya yang dapat berujung pada kematian. BAB yang tidak lancar akan menyebabkan terakumulasinya feses / tinja, dan karena BAB ini tidak dapat dikeluarkan, maka bakteri / mikroba jahat yang ada akan beraktifitas dan menghasilkan gas dan senyawa racun / toksin. Apabila senyawa toksin ini jumlahnya terlalu banyak maka senyawa ini akan terserap masuk melewati dinding usus dan masuk ke peredaran darah, sehingga dapat mengganggu kerja dan kinerja organ, seperti otak, ginjal, dan jantung. Toksin yang masuk ke darah dapat memicu reaksi imunitas, menghasilkan reaksi inflamasi (peradangan) pada organ di mana sistem imun tersebut bereaksi. Dan ada kemungkinan bahwa toksin tersebut mengacaukan impuls listrik yang mengirimkan pesan kepada jantung untuk berdetak, yang menghasilkan kekacauan pada ritme detakan jantung, sehingga berujung kepada kematiannya. Hipotesis dan spekulasi ini didukung oleh fakta dari hasil catatan otopsi mendiang Elvis, yang menunjukkan bahwa ada akumulasi tinja seberat hampir 15kg (30 pound) di dalam usus Elvis, dan hal ini menjelaskan mengapa berat badan Elvis bertambah secara pesat dalam beberapa bulan sebelum kematiannya. Lalu, para ahli berpendapat bahwa, kesulitan BAB yang dialami Elvis ini disebabkan karena kebiasaan Elvis mengkonsumsi antibiotika dan obat - obatan lainnya, yang mengganggu keseimbangan mikroflora ususnya. Hal ini mungkin tidak akan terjadi jika beliau menerapkan pola hidup dan pola makan yang sehat. Bagi yang penasaran tentang cerita Elvis, berita selengkapnya dapat dibaca di sini.
botol berisi antibiotika yang diresepkan kepada mendiang
Elvis sebelum kematiannya (sumber: klik di sini)

Jika karena sesuatu hal, dokter memutuskan untuk memberikan antibiotika, maka untuk meminimalisir efek keseimbangan mikroflora usus yang terganggu, konsumsi / suplementasi probiotik (tidak hanya terbatas pada yoghurt) sangatlah dianjurkan. Sehingga, diharapkan bahwa bakteri probiotik yang dikonsumsi akan menggantikan tugas dan peran bakteri baik yang mati karena konsumsi antibiotika, sebelum mikroba yang jahat bisa 'pulih', mengembangkan resistensi, dan berkembang biak tidak terkendali. Adapun waktu yang paling baik untuk mengkonsumsi yoghurt adalah pada waktu malam hari sebelum tidur. Sebenarnya, yoghurt sebaiknya dikonsumsi 2 ~ 3 jam sesudah konsumsi antibiotika, dan 1 ~ 2 jam sebelum konsumsi antibiotika selanjutnya. Artinya, jika antibiotika dikonsumsi 3x sehari, akan lebih baik jika probiotik juga dikonsumsi 3x sehari. Tetapi, karena hal ini terkesan mubazir dan tidak terlalu efektif juga, oleh karena itu konsumsi yoghurt 1x sehari selama konsumsi antibiotika dinilai sudah mencukupi.

Pengalaman saya sendiri ketika terpaksa harus mengkonsumsi antibiotik 'kelas berat' karena sesuatu hal, saya mengalami diare yang parah dan tidak bisa sembuh dengan meminum obat diare yang ada. Tetapi, setelah mengkonsumsi yoghurt dan beberapa jenis probiotik lainnya, diare saya dapat berhenti dalam 2 hari tanpa harus meminum obat diare, dan keluhan saya selama mengkonsumsi antibiotik dapat diminimalisir.

Cara Membuat Yoghurt
Yoghurt dapat dibuat dengan menggunakan susu cair yang dijual di swalayan / supermarket, ataupun susu segar yang berasal dari sapi / kambing dll. Cara pembuatan yoghurt yang cukup baik dapat dilihat di sini, atau dapat juga melihat videonya di sini.


Penutup
Inilah informasi yang dapat saya sampaikan seputar yoghurt, mulai dari sejarah, jenis, kegunaan, dan sebagainya. Mohon maaf jika ada informasi yang terlewatkan dan tidak bisa dituliskan di sini. Semoga bermanfaat dan bisa memberikan 'pencerahan'.

P.S.:
Jika ingin mengutip sebagian artikel ini, anda dipersilahkan melakukannya. Tetapi, harap dituliskan sumbernya. Dibutuhkan waktu cukup lama untuk menulis artikel ini, jadi hargailah hasil dan hak intelektual milik orang lain. Terima kasih telah mengunjungi blog ini.



Referensi:
http://medical.gerber.com/nutrition-health-topics/breastfeeding/articles/bifidobacteria-found-in-breastmilk-implications-on-infant-nutrition
http://www.relfe.com/lactobacillus.html
http://gut.bmj.com/content/47/5/646
http://www.powerofprobiotics.com/Bifidobacterium.html
http://www.klaire.com/probioticleader3.htm
http://clas.sa.ucsb.edu/staff/Resource%20folder/Chem109ABC/Acid,%20Base%20Strength/Table%20of%20Acids%20w%20Kas%20and%20pKas.pdf
https://health.org.au/index.php/health-articles-free/item/311-friendly-gut-bacteria-%E2%80%98probiotics%E2%80%99.html
http://www.ei-resource.org/treatment-options/treatment-information/probiotics-and-prebiotics/
http://bcdairy.ca/milk/articles/the-probiotic-effects-of-lactic-acid-bacteria/
http://lipidworld.biomedcentral.com/articles/10.1186/1476-511X-10-116
http://downtoearth.danone.com/2013/01/31/a-brief-history-of-yogurt/